PEDOMAN-ONLINE.ID – Film dokumenter berjudul ‘Barang Panas’ yang mengangkat tema Proyek Strategis Nasional listrik geotermal, akan ditayangkan serentak di 14 lokasi di seluruh Indonesia pada Minggu, 17 Desember 2023. Proyek ini merupakan hasil perjalanan empat jurnalis melalui Ekspedisi Indonesia Baru.
“Saya dan Dandhy Laksono, sutradara ‘Sexy Killers’ (2019), berusaha merekam dan menguji energi panas bumi yang teorinya ramah lingkungan dalam praktik lapangan,” ujar Benaya Harobu, sutradara “Barang Panas”, dalam keterangan tertulis, Jumat (15/12/2023).
Warga dan berbagai komunitas di Jakarta, Yogyakarta, Malang, Flores, Halmahera, Jawa Tengah, Banten, dan Sumatera Utara, akan menjadi penonton pertama film ini. Di Flores, film ini akan ditonton perdana oleh warga Wae Sano dan Pocoleok, dua desa yang terdampak proyek geotermal.
“Kami tertarik mengangkat topik ini setelah mendengar bahwa pemerintah menetapkan Flores sebagai Pulau Geotermal,” ungkap Farid Gaban, anggota tim riset untuk film ini.
Indonesia memiliki cadangan energi panas bumi (geotermal) terbesar di dunia, dengan sekitar 40 persen cadangan geotermal di seluruh dunia. Sumber energi ini dianggap sebagai kunci penting dalam transisi menuju energi bersih dan terbarukan, menggantikan energi kotor seperti batu bara.
Cadangan geotermal Indonesia tersebar di 312 lokasi, umumnya berada di hutan lindung dan dekat permukiman warga. Salah satu pulau yang akan dieksploitasi secara agresif adalah Flores, yang oleh pemerintah disebut sebagai “Geothermal Island,” dengan 21 titik eksplorasi.
Meskipun lebih bersih dibandingkan dengan batu bara, panas bumi dianggap lebih stabil untuk menghasilkan listrik ketimbang angin dan matahari. Namun, tidak tanpa masalah.
“Kami juga ingin mengungkap alasan mengapa banyak proyek geotermal ditolak oleh warga sekitar,” kata Yusuf Priambodo, seorang videografer dan anggota tim Ekspedisi Indonesia Baru.
Melalui akun media sosialnya, sutradara “Sexy Killers” Dandhy Laksono menyatakan bahwa selama proses syuting, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa bagaimanapun juga, energi geotermal tetap lebih baik dari batu bara.
“Tapi semakin berjalan dan melihat di banyak lokasi, makin sulit untuk meyakinkan diri saya sendiri,” ungkapnya.
Discussion about this post