PEDOMAN-ONLINE.ID, Batam – Gunung Marapi di Sumatera Barat, megah berdiri dengan sejarah letusan yang mencengangkan. Pada Minggu, 3 Desember 2023, gunung ini kembali meletus dengan membawa korban 23 pendaki tewas di puncaknya. Letusan ini menambah babak baru dalam buku sejarahnya yang panjang.
Sebelum letusan terbaru ini, gunung berapi yang tinggi 2.891 meter di atas permukaan laut ini sudah mencatat enam kali erupsi dalam dua dekade terakhir.

Aktivitas Erupsi Gunung Marapi
Gunung Marapi, yang juga dikenal sebagai Sorieg Berapi dan Seret Berapi, memiliki sejarah panjang aktivitas vulkanik.
Terletak di dua kabupaten, Tanah Datar dan Agam, gunung ini memiliki lima kawah dengan karakteristik unik masing-masing. Di antaranya, terdapat Kaldera Bancah (A), Kapundan Tuo (B), Kabun Bungo (C), Kapundan Bungsu (D), dan Kawah Verbeek atau Kapundan Tengah (D4).
Riwayat Letusan yang Mencengangkan
Dalam lebih dari dua abad terakhir, Gunung Marapi telah meletus lebih dari 50 kali, menciptakan sejarah letusan yang patut diingat. Mulai dari letusan kecil pada tahun 1807 hingga erupsi besar pada Desember 2023, gunung ini terus menunjukkan karakter letusan secara eksplosif dan efusif.
Sejumlah Letusan dan Aktivitas Gunung Marapi

Berikut adalah beberapa kejadian signifikan dalam sejarah letusan Gunung Marapi:
Tahun 1822: Kepulan asap hitam kelabu disertai leleran lava dan sinar api merah tua.
Tahun 1845: Terdengar suara gemuruh dari dalam bumi dan terlihat api besar.
Tahun 1854: Terjadi letusan abu selama beberapa hari.
Tahun 1855: Terasa gempa bumi dan adanya tiang asap disertai suara gemuruh terus-menerus.
Pada Januari 1856: Kadang-kadang terlihat pancaran api.
Tahun 1871: Hujan abu melanda Bukittinggi.
Pada 31 Maret 1886: Terdengar suara gemuruh sebanyak 5 kali dan berlanjut dengan letusan abu disertai pasir.
Tahun 1888: Terjadi letusan abu dan batu pijar sampai tengah malam.
Tahun 1916: Letusan kecil dengan hujan abu.
Tahun 1919: Terjadi ledakan dan awan abu.
Tahun 1925: Terlihat sumbat lava hitam pada dasar kawah.
Tahun 1927: Terdengar suara letusan dengan asap berbentuk kembang kol.
Tahun 1929: Terjadi letusan abu dan lava pijar terlempar.
Tahun 1930: Terlihat lava pada rekahan di dasar kawah.
Tahun 1932: Terjadi letusan.
Tahun 1949: Letusan abu diawali dengan suara gempa bumi.
Tahun 1951: Letusan abu dari Kepundan Bungsu.
Tahun 1952: Asap berbentuk kol kembang setinggi 2000 sampai 3000 m diikuti hujan abu.
Tahun 1971: Letusan abu di Kepundan B dan C
Tahun 1972: Peningkatan kegiatan solfatara di Kawah B dan C dan Bungsu.
Tahun 1973: Letusan gas asap dalam Kawah Verbeek.
Tahun 1975: Letusan eksplosif disertai suara gemuruh dan lontaran material pijar dari kawah Verbeek.
Tahun 1977: Letusan dari kawah Verbeek.
Tahun 1978: Letusan eksplosif di kawah Verbeek.
Tahun 1980: Letusan eksplosif dengan suara gemuruh.
Tahun 1981-1983: Peningkatan aktivitas.
Tahun 1984: Letusan di Kawah Tuo.
Tahun 1985: Peningkatan aktivitas.
Tahun 1987: Letusan eksplosif.
1988-1990 – Marapi masih bergejolak. Rentetan letusan eksplosif kadang disertai suara gemuruh dan sinar bara api terjadi secara sporadis sepanjang tahun. Pusat letusan masih di kawah utama atau populer dengan sebutan kawah Verbeek. Tinggi asap antara 400-2.000 meter dengan warna hitam tebal berbentuk cendawan, hujan abu menyebar hingga 6-10 kilometer dari pusat kegiatan,
2011 – 3 Agustus 2011, letusan eksplosif dengan suara gemuruh terdengar dari kawah. Tinggi asap mencapai 1.000 meter yang menyebabkan hujan abu dengan ketebalan 1 milimeter.
Sejak saat itu, Status Marapi naik dari Normal level 1 menjadi Waspada level 2 sampai sekarang.
26 September 2012 – Letusan besar kembali terjadi dengan suara gemuruh dari kawah yang memaksa keluarnya asap kelabu tebal dengan ketinggian 1.500 meter.
2014 – Tercatat sejumlah letusan sebanyak 18 kali dengan warna asap kelabu dengan ketinggian 100-700 meter.
2017 – 4 Juni 2017, terjadi letusan sebanyak 6 kali pada kawah Verbeek. Tinggi asap 700 meter, menyebabkan hujan abu jatuh di Tanah Datar dengan ketebalan 1 milimeter.
2 Mei 2018 pukul 07.03 WIB terjadi erupsi dengan ketinggian kolom 4.000 meter dari puncak, warna asap kelabu tebal, tekanan kuat, dan arah angin saat terjadi letusan ke arah tenggara.

Karakteristik dan Potensi Bahaya
Gunung Marapi memiliki karakter letusan berupa kombinasi eksplosif dan efusif, dengan masa istirahat rata-rata 4 tahun. Potensi bahaya saat ini adalah Erupsi Freatik, dengan ancaman lontaran material kawah dan abu hingga radius 3 kilometer dari pusat erupsi Kawah Verbeek.
Peristiwa Terkini: Desember 2023
Erupsi terakhir pada 7 Januari 2023, diikuti oleh serangkaian letusan pada 3 Desember 2023, mengejutkan wilayah sekitarnya. Tragisnya, 23 pendaki tewas . Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus memantau aktivitas Gunung Marapi untuk menjaga keselamatan masyarakat.
Sebagai salah satu gunung api paling aktif di Sumatera, Gunung Marapi terus memberikan pengalaman mendebarkan seiring berjalannya waktu. Meskipun menakutkan, fenomena alam ini mengingatkan kita akan kekuatan dan kerapuhan di mana kita tinggal.
Sejarah 3 Tugu: Mengenang Para Pemberani

1. Tugu Abel
Pendaki yang berhasil mencapai puncak Gunung Marapi, tentu tak asing dengan Tugu Abel. Tugu itu berada persis di ‘pintu’ menuju Puncak Merpati dari Cadas.
Tugu Abel menyimpan kenangan pilu korban letusan Gunung Marapi 1992 silam.
Dinamakan Tugu Abel karena seorang pendaki bernama Abel Tasman wafat di Gunung Marapi tepatnya di Puncak Merpati pada 5 Juli 1992 sekitar pukul 09.15 WIB.
Abel Tasman meninggal akibat terkena batu besar lontaran erupsi Gunung Marapi saat itu. Batu seukuran bola kaki menerpa samping kepala Abel Tasman.
Abel merupakan seorang alumni SMA 6 Padang yang tergabung dalam komunitas JIPALA. Saat itu,dia bersama 14 temannya melakukan pendakian ke puncak Gunung Marapi. Temannya yang lain selamat saat erupsi terjadi.
2. Tugu 12 Atau Tugu Getrakoda
Tugu 12 atau tugu Getrakoda didirikan pada 19 November 2009.
Tugu tersebut didirikan untuk mengenang 4 orang pendaki Sispala Getrakoda SMAN 1 Batusangkar yang gugur pada 19 November 1999 di Gunung Marapi Sumbar.
Selain mengenang peristiwa tersebut, tugu 12 juga menjadi pedoman arah untuk para pendaki yang beraktivitas di jalur Selatan Gunung Marapi Sumbar.
Diketahui, peristiwa tragis menimpa 12 orang pendaki Gunung Marapi Sumbar 1999 lalu.Dari 12 orang survivor tersebut terdapat korban jiwa sebanyak 4 orang meninggal dunia.
Setelah kejadian naas itu, akhirnya jalur pendakian Marapi via Simabur Tanah Datar ditutup.
3. Tugu Pak Guru

Tak hanya Tugu Abel, di Gunung Marapi Sumbar juga ada Tugu Memorial Mulzafri atau Pak Guru.
Mulzafri ialah seorang guru les bahasa Inggris di Bukik Apik, Kota Bukittinggi.
Mulzafri meninggal ketika membawa 2 turis asal Rusia yang memulai pendakian dari gerbang Koto Baru pada 13 November 1999
Berbeda dengan Abel dan 4 anggota Sispala Getrakoda SMAN 1 Batusangkar lainnya, yang gugur akibat erupsi Marapi, Pak Guru meninggal sekitar 100 meter menjelang puncak Gunung Marapi diduga karena serangan jantung.
Keluarga almarhum menyebut Mulzafri ialah pemandu wisata sumbar dan telah memandu ribuan turis yg berkunjung ke Sumbar sejak tahun 1980 an.
Atas kepergian Mulzafri, Kelompok Pecinta Alam pun membuatkan sebuah Tugu atau Monumen untuk mengenang Mulzafri di samping Tugu Abel Tasman.
Discussion about this post