PEDOMAN-ONLINE.ID, Gaza – Kelompok pejuang Hamas menegaskan mereka tidak akan melepaskan ratusan sandera Israel sebelum Perdana Menteri Benyamin Netanyahu menghentikan agresi dan serangan di jalur Gaza.
Ancaman ini merupakan respons terhadap ultimatum Netanyahu yang meminta penyerahan Hamas di tengah serangan besar-besaran Israel ke Gaza.
Juru bicara sayap bersenjata Hamas menyatakan, “Baik musuh fasis dan kepemimpinannya yang arogan maupun para pendukungnya tidak dapat menahan tawanan mereka hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi serta memenuhi tuntutan perlawanan.”
Osama Hamdan, pejabat senior Hamas di Beirut, menegaskan bahwa perang masih berlangsung. Meski mendapat gertakan dari Israel, Hamas bersikukuh untuk membalas serangan sebagai bentuk perlawan atas agresi yang telah menewaskan ribuan warga Palestina.
“Kami tidak punya pilihan selain melawan penjajah biadab ini di setiap lingkungan, jalan, dan gang. Pemusnahan yang dilakukan musuh bertujuan untuk menghancurkan kekuatan perlawanan kami. Namun kami berperang di tanah kami dalam pertempuran suci,” ungkap Obeida, perwakilan Hamas seperti dilaporkan france24.
Sebelum invasi memanas, mediator Qatar mencoba mengupayakan gencatan senjata bersama Hamas untuk membebaskan 137 sandera Israel yang masih ditahan di Gaza. Namun, konfrontasi kembali terjadi saat negosiasi akan dilakukan ketika seorang senator Israel menolak tawaran gencatan senjata.
Sebaliknya, Israel terus melakukan serangan di Gaza, termasuk penyerbuan terhadap warga sipil dan objek seperti rumah sakit dan kamp pengungsian.
“Saat gencatan senjata tak diperpanjang, Israel langsung meluncurkan serangan fase kedua di wilayah selatan Gaza. Wilayah selatan menjadi tempat tinggal warga Gaza utara yang sempat diusir Israel pada November. Kini, daerah itu pun digempur Israel,” jelas Osama.
PM Netanyahu sebelumnya mengultimatum Hamas untuk menyerah di tengah gempuran besar-besaran Israel ke Gaza.
“Perang masih berlangsung tetapi ini awal dari berakhirnya Hamas. Saya katakan untuk teroris Hamas, kalian selesai,” tegas Netanyahu pada Minggu (10/12/2023).
Discussion about this post